“Variasi Bahasa Anak Berpendidikan dan Anak Jalanan di Perkumpulan Sebuah Tongkrongan Pinggir Jalan di Pekalongan”

LAYLA RAHMAWATI
16410063
3B/PBSI/FPBS/UPGRIS
Fahimatulaulya@gmail.com
BAB 1
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Bahasa merupakan simbol khas dari suatu ataupun wilayah, karena bahasa merupakan unsur viral dalam berkomunikasi atau alat komunikasi paling utama. Bahasa sangat beragam didunia ini, karena setiap orang melakukan interaksi, hubungan sosial dengan sesama di masyarakat. Setiap orang membutuhkan bahasa, karena setiap daerah mempunyai bahasa yang berbeda-beda, orang pendidikan dengan orang jalanan pun bahasanya berbeda. Anak remaja menganggap kalau tidak mengerti bahasa gaul berarti remaja tersebut tidak gaul.  Bahasa gaul semakin merajalela dikalangan remaja, bahkan bahasa kasar atau jorok pun bermunculan. Dalam bentuk tulisan maupun lisan, remaja menggunakan bahasa gaul dan jorok mempengaruhinya.
B.      Rumusan Masalah :
1.      Apa pengaruh bahasa gaul dan kasar (jorok) anak jalanan untuk anak berpendidikan?
2.      Bagaimana cara mengatasi perkembangan bahasa antara anak jalanan dan anak berpendidikan?
C.      Teori
pada artikel yang saya tulis. Saya menggunakan teori variasi bahasa dalam penelitian. Terjadinya keragaman atau perbeaan pada bahasa antara anak jalanan dan anak berpendidikan.
D.     Tujuan :
Memaparkan Pentingnya Perbedaan Bahasa antara Anak Berpendidikan dengan Anak Jalanan
E.      Manfaat Untuk Pembaca :
Makalah ini dibuat supaya orang bisa membedakan bahasa mana yang baik dan yang pantas digunakan untuk anak  berpendidikan. Dan bisa membedakan konsep bahasa yang pantas dipakai untuk anak berpendidikan atau anak jalanan.
F.       Metode :
     Penulisan ini menggunakan Metode Praktek secara langsung atau observasi dan mengacu kepada data-data dari internet.
BAB II
PEMBAHASAN
1.      Pengaruh yang terjadi Akibat Penggunaan Bahasa Jorok
Menurut ahli psikolog tentang kebiasaan berbicara kotor sangat erat hubunganya dengan lingkungan sekitarnya. Jika seorang anak hidup dilingkungan yang terbiasa bicara kotor, maka anak itu pasti berpotensi memiliki kebiasaan buruk itu.
Ada banyak sekali faktor dan hal yang menyebabkan anak-anak berbicara kasar. Pertama, yaitu mereka mengatakan itu untuk melupakan emosi atau kebanggaan. Anak berpikir bahwa kata kotor adalah kata yang wajar digunakan oleh orang dewasa. Karena ingin merasa dewasa, anak pun menggunakan kata kasar.
Beberapa anak mengira bahwa dengan bicara kasar, ia akan dipandang gaul, berani, atau macho oleh teman-temannya. Anak mempunyai perasaan bermusuhan ketika dibentak. Selama ini mungkin merasa ditekan, dibatasi, atau mungkin juga merasadiperlakukan dengan kasar, akibatnya ia jadi berkeinginan untuk memberontak dan agresif melawan orang tersebut.
Sebagai seseorang yang  berpendidikan sudah sepatutnya kita tidak berucap yang kasar dan menyakiti orang lain. Kita seharusnya memposisikan kita dengan pikiran yang matang sebelum bertutur kata.
·         Bahasa Menjadi Rusak
Sesuatu bahasa menjadi rusak apabila bahasa tersebut diungkapkan dengan kasar dan disalahkan. Contohnya, setiap kali berkomunikasi peggunaan bahasa kasar sering diungkapkan karena dianggap sudah biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari, dalam penulisan, sms, dihalaman media sosial dan sebagainya. Akibatnya bahasa menjadi rusak dan menjatuhkan martabat bahasa itu sendiri.
Seperti halnya percakapan anak jalanan dengan anakn jalanan apabila ketemu:
Arif : “He nyet darimana aja loe?”
Dinar : “Gue habis makan, laper njing”
Perbedaanya dengan anak berpendidikan dan berpendidikan saling ngobrol:
Layla : “Mau kemana ke’?”
Rieke : “Sebentar, mau ke kamar mandi.”
·         Kekeliruan Bahasa dan Kualitas Bahasa Menurun
Kekeliruan bahasa terutamanya kepada generasi akan datang turut terjadi jika penggunaan bahasa kasar berleluasa karena menimbulkan kekeliruan untuk mempelajari sesuatu bahasa tersebut. Trend penggunaan bahasa kasar yang bakal diwarisi akan menjadi kebiasaan dalam perbuatan sehari-hari mereka karena beranggapan pengucapan bahasa kasar sehari-hari itu tidak salah atau wajar.
Mereka akan cenderung untuk menggunakan bahasa kasar bersama teman-temannya seperti contoh “Cantik Gile” atau “Besar Bingit”.
Kebanyakan anak berpendidikan akan mengucapkan “Cantiknya”
·         Faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan anak berbicara kotor
Faktor internal:
a.      Adanya keinginan untuk mendapatkan perhatian orangtua
b.      Adanya kesenangan yang diperoleh dari mengejutkian orang lain
c.       Keinginan melepaskan emosi
d.      Terdorong oleh keinginan untuk memberontak
e.      Keinginan diterima dalam komunitas tertentu
Faktor eksternal:
a.      Orangtua atau saudara biasa berbicara dengan bahasa jorok
b.      Menyapa atau memanggil dengan kata-kata kotor
1.      Cara Mengatasi Perkembangan Perkembangan Bahasa antara Anak Jalanan dan Anak Berpendidikan
Anak jalanan umumnya berasal dari keluarga yang pekerjaanya berat dan ekonominya lemah. Anak jalanan tumbuh dan berkembang dengan latar kehidupan jalanan dan akrab dengan kemiskinan, penganiayaan, dan hilangnya kasih sayang sehingga memberatkan jiwa dan membuatnya berperilaku negatif.
·         Saat anak pulang sekolah tanyakan pada anak baru saja bermain dengan siapa dan apa saja yang dilakukan
·         Tegurlah anak apabila anak yang berpendidikan didalam rumah berbicara atau mengucapkan kata-kata kasar.
·         Jauhkanlah anak berpendidikan dari anak jalanan, bukan berarti membatasi anak untuk bergaul dengan siapa saja. Tetapi ajarkan anak untuk memilih temannya supaya sebagai orang tua tidak sia-sia menyekolahkan anaknya supaya menjadi anak yang berpendidikan
·         Jelaskan arti katanya, tanyakann pada anak apa maksudnya mengucapkan kata tersebut
·         Bimbing dan arahkan, tugas orangtua membimbing dan mengarahkan anak secara terus menerus

KESIMPULAN
Perkataan jorok adalah perkatan yang tidak pantas bagi norma yang berlaku. Selain karena faktor lingkungan dan model keluarga, juga dapat disebabkan karena keinginan anak untuk mendapatkan perhatian dari lingkungannya. Dapat disimpulkan bahwa dalam percakapan sehari-hari, baik itu formal maupun tidak formal, sebaiknya kita tidak menggunakan bahasa kasar, melainkan dengan bahasa yang sopan dan santun. Karena bahasa juga mempengaruhi orang memandang kepribadian kita atau mencerminkan kepribadian kita. Hubungan seseorang dengan orang lain dapat terbina dengan menggunakan bahasa yang baik pula.
 Tidak sedikit banyak orang berselisih paham gara-gara menggunakan bahasa yang kurang baik. Dengan demikian, dalam berkomunikasi dengan sesama atau dengan masyarakat kita harus menempatkan bahasa dengan baik dan benar. Jadi harapan saya, semoga semua orangtua atau yang lebih dewasa bisa membimbing anak dan memantau terus kegiatan anak dan pergaulan anak.
DAFTAR PUSTAKA
Pembahasan Referensi : theateamscorner.blogspot.com



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Ejaan Pada Surat Dinas di Balai Desa Wonotenggang Rowosari Kendal

Variasi Bahasa yang Terdapat pada Masyarakat Kota Ambon Maluku dan Kota Tual Maluku Tenggara”

Variasi Penggunaan Volume Bahasa pada Mayarakat Pegunungan dan Masyarakat Pesisir