Variasi Bahasa Anak-anak sebagai Peserta Didik yang Masih Bersekolah Sudah Mampu Mengenal Bahasa yang tidak Sesuai dengan Umurnya



Variasi Bahasa Anak-anak sebagai Peserta Didik yang Masih Bersekolah Sudah Mampu Mengenal Bahasa yang tidak Sesuai dengan Umurnya

Wahyu Jatiningrum
16410075
3B/PBSI/FPBS/UPGRIS

I.                   Pendahuluan

-         Latar Belakang
          Sebagai generasi penerus bangsa anak-anak di tuntut untuk mampu berkomunikasi dengan baik walaupun masih dini. Dalam hal ini peran orang tua sangat di perlukan, karena orang tua lah yang di tuntut untuk mendidik anaknya untuk pertama kalinya sebelum anaknya tersebut mengenal dunia pendidikan. Dalam hal bahasa anak-anak mulai belajar berbicara sejak usia sekitar satu atau dua tahun. Pada usia-usia tersebut anak-anak belum lancar dalam berkomunikasi masih belajar beberapa kata. Menurut Stork dan Widdowson (1974: 134), pemerolehan bahasa dan akuisisi bahasa adalah suatu proses anak-anak mencapai kelancaran dalam bahasa ibunya. Ketika anak-anak sudah tumbuh dan berkembang tentu akan bersosialisasi dengan anak seumurannya dan melakukan interaksi berbicara, bermain, dan bahkan menangis karena bertengkar. Komunikasi yang di gunakan anak-anak tentu berbeda dengan orang dewasa, komunikasi anak-anak cenderung komunikasi yang cukup sederhana. Pola pendidikan orang tua sangat menentukan bagaimana anak tersebut dalam berkomunikasi dengan orang lain. Seorang anak akan merekam memory di otak apa yang di dengar oleh orang-orang di sekitarnya baik itu orang tua, kakak, atau orang yang tinggal satu rumah. Anak-anak belum bisa membedakan apakah itu suatu hal yang baik atau tidak. Anak-anak cenderung akan menirukan orang orang di sekitarnya tentu orang yang lebih dewasa harus lebih berhati-hati dalam penggunaan bahasa. Di media sosial ada beberapa sebuah vidio yang di unggah oleh seseorang dan di dalam vidio tersebut menunjukan seorang anak kecil yang penggunaan bahasanya sangat tidak pantas di ucapkan, bagaimana seorang anak-anak bisa tau bahasa bahasa orang dewasa yang tanda kutip bahasa yang tidak baik. Di jaman globalisasi sekarang ini apakah anak-anak juga dapat terpengaruh oleh merajalelanya globalisasi di dunia. Anak-anak yang harusnya di biasakan berbahasa yang baik tetapi kenyataannya anak-anak ada juga yang tidak berbahasa tidak sesuai pada usianya. Tentu hal ini mengingatkan orang tua agar lebih memperhatikan anaknya jika sedang bermain dengan teman-temannya.
RUMUSAN MASALAH
-          Bagaimana peran orang tua terhadap perkembangan bahasa  komunikasi pada anak-anak ?
-          Apakah yang membuat anak-anak menggunakan bahasa yang tidak sesuai ?
-          Apakah pembelajaran bahasa Indonesia perlu di tambah dalam lingkungan sekolah ?
TUJUAN dan MANFAAT
-          Agar anak-anak dapat berbahasa dengan baik
-          Menyadarkan orang tua perlunya didikan dalam hal berkomunikasi dengan bahasa yang baik
-          Menjadikan anak-anak sebagai generasi penerus bangsa yang mencintai bahasa nasionalnya



TEORI
            Variasi bahasa merupakan sebuah langue bahasa mempunyai sistem dan subsistem yang di pahami sama oleh penutur bahasa itu. Namun, karena penutur bahasa tersebut, meski berada dalam masyarakat tutur, tidak merupakan kumpulan manusia yang homogen, maka wujud bahasa yang konkret, yang disebut parole menjadi tidak seragam. Bahasa itu menjadi beragam dan bervariasi. Terjadinya keragaman dan kevariasian bahasa ini bukan hanya disebabkan oleh para penuturnya yang tidak homogen, tetapi juga karena kegiatan interaksi sosial yang mereka lakukan sangat beragam. Setiap kegiatan memerlukan atau menyebabkan terjadinya keragaman bahasa itu. Keragaman ini akan semakin bertambah kalau bahasa tersebut digunakan oleh penutur yang sangat banyak, serta dalam wilayah yang sangat luas. Variasi bahasa terdiri dari beberapa macam yaitu, variasi dari segi penutur, variasi dari segi pemakaian, variasi dari segi keformalan, variasi dari segi sarana. Terdapat juga beberapa jenis bahasa yaitu, jenis bahasa berdasarkan sosiologis, jenis bahasa berdasarkan sikap politik, jenis bahasa berdasarkan tahap pemerolehan, dan lingua franca. Pemerolehan suatu bahasa dapat di peroleh dari adanya pengaruh lingkungan. Menurut Maksan (1993:20), pemerolehan bahasa (language acquisition) atau akuisisi bahasa adalah suatu proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh seseorang secara tidak sadar , implisit, dan informal. Sedangkan menurut Tarigan dkk (1998) pemerolehan bahasa adalah proses pemilikan kemampuan berbahasa,baik berupa pemahaman atau pun pengungkapan secara alami,tanpa melalui kegiatan pembelajaran formal. Menurut Soeparno (2002: 25), “sosiolinguistik adalah subdisiplin linguistik yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan faktor faktor kemasyarakatan atau faktor sosial.”

   
METODE
Tekhnik pengumpulan data dengan melakukan observasi atau pengamatan merupakan salah satu metode dalampengumpulan data saat membuat suatu karya ilmiah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia observasi merupakan suatu peninjauan secara cermat. Berarti suatu peninjauan ke lapangan secara langsung untuk melakukan pengamatan terhadap suatu masalah untuk menyelesaikan tahap dalam penulisan karya ilmiah. Dalam melakukan observasi data yang di peroleh harus berdasarkan fakta yang terjadi di lapangan tidak boleh di rekayasa.




II.                 Pembahasan
1.      Peran orang tua terhadap perkembangan bahasa komunikasi pada anak-anak
Orang tua merupakan orang pertama yang akan menjadi guru atau panutan bagi anaknya, Peran orang tua sangat besar terhadap tumbuh kembang anaknya. Sebagai orang tua tentu akan memberikan yang terbaik bagi anaknya, tek terkecuali mengenai penggunaan bahasa anaknya. Pada tahap ini anak-anak menggunakan bahasa pada jenis bahasa tahap pemerolehan. Anak yang masih berusia di bawah 5 tahun cenderung memiliki kemampuan untuk meniru bunyi atau suara gerakan dan mengenal tanda-tanda dibutuhkan kemampuan motorik. Kemampuan intelektual atau tingkat berpikir, ketepatan meniru, pembendaharaan kata-kata, kemampuan menyusun kalimat, dan memahami atau menangkap maksud ini sangat dipengaruhi oleh kerja pikir atau kecerdasan anak. Tentu pertama kali akan diajarkan bahasa ibu, Yang disebut bahasa ibu adalah satu sistem linguistik yang pertama kali dipelajari secara alamiah dari ibu atau keluarga yang memelihara seorang anak. Bahasa ibu tidak mengacu pada bahasa yang dikuasai dan digunakan oleh seorang ibu , melainkan mengacu pada bahasa yang dipelajari oleh seorang anak dalam keluarga yang mengasuhnya. Dalam hal ini bahasa ibu lazim juga disebut bahasa pertama karena bahasa itulah yang pertama kali dipelajari oleh seorang anak. Anak mempelajari bahasa ibunya berdasarkan dari keluarganya dan lingkungan sekitarnya. Ini dapat dilihat bahwa orang tua dan lingkungan sekitar sangat mempengaruhi terhadap bahasa anak, karena anak akan selalu merekam setiap harinya apa yang didengarnya. Begitu besar pengaruh orang tua dan lingkungan terhadap tumbuh kembang anak, maka orang tua harus mampu memberikan contoh yang baik. Tak dapat dipungkiri memang lingkungan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan bahasa. Perkembangan bahasa anak jaman sekarang bisa dibilang sangat mengkhawatirkan, dari beberapa anak yang dibilang masih berusia 5 tahun banyak yang sudah mampu atau mengetahui bahasa-bahasa tidak baik atau bahasa pasar atau bahasa sembarang. Bagaimana mungkin anak mengetahui bahasa orang dewasa, jika tidak terpengaruh dari dilingkungan tempat tinggalnya. Di sini latar belakang keluarganya juga mempengaruhi pengetahuan bahasa seorang anak, jika anak tersebut berasal dari keluarga yang status sosialnya baik tentu orang tuanya akan mampu memfasilitasi dan memberikan contoh bahasa yang baik, begitu juga sebaliknya jika anak tersebut berasal dari keluarga yang status sosialnya tidak baik tentu anak akan mencontoh orang tuanya, bisa dibilang orang tuanya tidak berpendidikan tinggi. Akan nampak jelas perbedaan bahasa bagi anak yang dari keluarga terdidik dan tidak terdidik, jadi pendidikan keluarga sangat berpengaruh terhadap perkembangan bahasa anak.  
2.      Apa yang membuat anak-anak menggunakan bahasa yang tidak sesuai
Bahasa tumbuh dan berkembang berdasarkan faktor lingkungan, dan anak-anak tumbuh dan berkembang di suatu lingkup lingkungan. Anak-anak mampu berbahasa pertama kali juga karena berdasarkan lingkungan yaitu penggunaan bahasa ibu. Lingkungan memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap anak dalam berbahasa. Bahasa diperkotaan tentu akan berbeda dengan bahasa di pedesaan, bahasa pada dasarnya di pelajari dari lingkungan, baik itu di lingkungan pergaulan dalam kelompok,misalnya kelomok bermain anak. Anak mampu menggunakan dan mengetahui bahasa yang tanda kutip tidak baik itu karena anak tersebut meniru terhadap apa yang mereka dengar di lingkungan tempat tinggalnya. Tidak hanya karena faktor lingkungan, anak zaman now sudah mampu mengakses internet dan sudah termasuk pengguna sosial media. Tentu anak akan terpengaruh dengan adanya media sosial, karena media sosial sangat berdampak tidak baik jika salah dalam penggunaannya. Dari segi pemakaian bahasa anak-anak biasanya saat bermain dengan teman seumurannya, mereka terbiasa memanggil temannya dengan sebutan nama binatang misalnya. Tentu ini menunjukan suatu gaya komunikasi yang tidak baik bagi anak-anak. Jika ini terus menerus dilakukan akan menjadi suatu budaya yang tidak baik dikalangan anak-anak. Komunikasi anak-anak harus mulai diperbaiki, harus mulai dibiasakan menggunakan bahasa yang baik. Diperlukan didikan sejak dini mengenai pengetahuan komunikasi yang baik, diajarkan dan diberitahu mana bahasa yang baik dan mana bahasa yang tidak baik. Walaupun seorang anak belum mampu berbahasa sesuai dengan kaidah bahasa yang baik, setidaknya nilai sopan santun anak dalam berkomunikasi itu ada. Adanya variasi bahasa anak-anak tersebut karena faktor dari saling berinteraksi satu sama lain.   


3.      Apakah pembelajaran bahasa Indonesia perlu di tambah dalam lingkungan sekolahan
Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional di negara Indonesia dan Bahasa Indonesia dijadikan sebagai identitas negara. Sebagai lambang identitas maka warga negaranya harus mampu menggunakan bahasa Indonesia setiap berkomunikasi. Walaupun pada kenyataannya bahasa Indonesia di jadikan sebagai bahasa ke dua setelah bahasa ibu. Masyarakat Indonesia cenderung menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa ke dua sedangkan bahasa pertamanya menggunakan bahasa ibu atau bahasa daridaerahnya masing-masing. Anak-anak mulai mengenal bahasa pertama kali adalah bahasa ibu, sedangkan untuk mengenal bahasa yang ke duanya yaitu bahasa Indonesia di mulai sejak sudah mulai masuk bangku sekolah. Sejak saat itu anak-anak akan mulai belajar menggunakan bahasa Indonesia di sekolah. Dengan adanya mata pelajaran bahasa Indonesia diharapkan anak-anak mampu menggunakan bahasa Indonesia saat berkomunikasi, mampu mencintai bahasa nasionalnya,dan tentunya akan cinta tanah air. Tidak dipungkiri anak-anak merupakan generasi penerus bangsa, bagaimana jadinya jika anak-anak tidak mencintai bahasa nasionalnya sendiri. Di zaman globalisasi saat ini pengaruhnya sangat banyak terhadap anak-anak, yaitu pengaruh budaya barat. Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah perlu adanya pengetahuan bagi anak bagaimana cara berkomunikasi dengan orang yang lebih tua, komunikasi dengan teman sebaya, bagaimana komunikasi saat bersosialisasi di lingkungan. Dengan adanya pengetahuan tersebut anak-anak akan tau bagaimana cara berkomunikasi dengan baik. Namun pada kenyataannya, anak sudah mendapat didikan di sekolah mengenai pendidikan karakter tetap saja banyak anak yang tidak menerapkan di kehidupannya sehari-sehari. Apakah penyebab mengenai hal itu ? kembali lagi mengenai pengaruh lingkungan anak karena lingkungan sangat dominan dalam mempengaruhi anak. Penggunaan bahasa yang tidak baik, kebanyakan dari anak-anak karena meniru apa yang di dengar, cenderung adanya perasaan gengsi atau adanya anggapan tidak gaul dari teman sebayanya. Ini akan membuat anak menjadi terbiasa menggunakan bahasa yang tidak baik saat bermain dengan teman sebayanya. Menurut Vygotsky, bahasa berkembang dari interaksi sosial dengan orang lain. Dengan adanya interaksi ini anak-anak akan terus mengembangkan bahasa-bahasanya. Pembelajaran bahasa Indonesia perlu ditambah dengan adanya inovasi-inovasi baru agar anak tertarik dan senang mengunakan bahasa Indonesia di kehidupan sehari-hari dalam berkomunikasi dan bersosialisasi dengan orang lain. 

III.               Kesimpulan
Perkembangan bahasa anak dan peran orang tuanya itu saling berkaitan,karena peran orang tua di sini yang akan membantu anak dalam berkomunikasi untuk pertama kalinya. Orang tua dan orang-orang di sekelilingnya yang akan memberikan contoh anak dalam berkomunikasi karena pada dasarnya anak akan meniru orang-orang di lingkungan sekitarnya. Faktor status sosial orang tua juga mempengaruhi perkembangan bahasa anak.
Seiring dengan kemajuan zaman anak sudah banyak yang mulai menggunakan bahasa-bahasa yang tidak sesuai dengan usianya.faktor lingkungan sangat menentukan anak dalam berkomunikasi dan menggunakan bahasa. Karena pada dasarnya lingkungan sangat dominan mengenai perkembangan bahasa. Anak yang terbiasa di lingkungan yang baik tentu akan mendapatkan pengaruh yang baik, tetapi sebaliknya anak yang berada di lingkungan kurang baik tentu akan terpengaruh dalam hal tidak baik.
Bagaimana dengan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah. Semakin tidak baiknya anak dalam menggunakan bahasa, bagaimana nasib bahasa yang sebagai identitas negara. Walaupun bahasa Indonesia di jadikan sebagai bahasa ke dua oleh beberapa masyarakat Indonesia,sedangkan bahasa pertamanya bahasa ibu bahasa yang berasal dari setiap daerah-daerah. Diharapkan dengan adanya pembelajaran bahasa Indonesia ini mampu membuat anak-anak mencintai bahasa nasionalnya sendiri, karena pada dasarnya anak yang akan menjadi generasi penerus bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta:PT Rineka Cipta. 2010.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Ejaan Pada Surat Dinas di Balai Desa Wonotenggang Rowosari Kendal

Variasi Bahasa yang Terdapat pada Masyarakat Kota Ambon Maluku dan Kota Tual Maluku Tenggara”

Variasi Penggunaan Volume Bahasa pada Mayarakat Pegunungan dan Masyarakat Pesisir