Perbedaan Bahasa dan Kebudayaan pada Anak Desa di Bandar, Batang dan Bahasa Anak Kota di Semarang pada Orang Tua


Perbedaan Bahasa dan Kebudayaan pada Anak Desa di Bandar, Batang dan Bahasa Anak Kota di Semarang pada Orang Tua


Rayhanun Fadilla
16410070
3B/PBSI/FPBS

  
Bab l
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Anak adalah titipan dari Tuhan Yang Maha Esa kepada hambanya, yang harus dijaga, dirawat, diberi kasih dan sayang, diberi keselamatan, diberi kehagian dan lain sebagainya. Masa pralahir dari perut ibu sampai lahir yaitu 280 hari, masa bayi 0-2 tahun, masa anak di bagi dua yaitu masa anak pertama (2-6 tahun) dan masa anak akhir (6-12 tahun), masa balita 0-5 tahun, masa remaja di bagi menjadi tiga yaitu remaja awal 12-15 tahun, remaja tengah 15-18 tahun, dan remaja akhir 18-21 tahun, dan seterusnya. Seorang anak dapat tumbuh dengan baik jika orang tua nya juga mengajari hal-hal yang baik pula. Anak adalah sebuah mukjizat yang dititipkan oleh Allah untuk di bentuk karakter dan akhlaknya, jika orang tua dapat mendidik anak nya dengan baik, dengan aktif dan kreatif seorang anak dapat menjadi anak yang patuh kepada orang tua, dan dapat meraih kesuksesan yang diingginkan. Dan jika orang tua tidak membentuk karakter anak, maka akan berakibat buruk kepada orang tua, mulai dari tingkah laku, cara bicara, dan sikap.
Keluarga adalah lingkungan pertama yang akan di jumpai anak. Seorang ibu adalah guru pertama bagi anak, keluarga adalah lingkungan sekolah atau pendidik pertama yang dapat mempengaruhi baik buruk nya sikap anak kepada orang lain. Salah satu hal yang harus di perhatikan juga yaitu berbahasa. Banyak orang tua yang berfikiran bahwa keterampilan bahasa anak akan berkembang dengan sendirinya selaras dengan perkembangan jasmani dan bertambahnya usia anak. Oleh sebab itu tidak banyak orang tua yang berusaha untuk melatih dan mengembangkan keterampilan berbahasa. Keterampilan bahasa sangat penting bagi manusia apalagi bahasa anak pada orang tuanya. Terlihat jika seorang anak berkata atau berbahasa yang baik terbuktI dari cara pendidikan orang tua kepada anaknya.
Melalui bahasa seseorang dapat mendapat menyampaikan keinginan, ide-ide dan penyampaian fikiran. Dapat nenambah banyak pergaulan sesama, mengenali banyak orang, dan lain sebagainya. Tetapi dalam bahasa juga perlu di perhatikan dengan siapa lawan bicaranya. Jika kepada orang tua lebih baik menggunakan bahasa yang cenderung lebih sopan dan tidak menggunakan nada bicara yang tinggi. Faktor seorang anak berbicara yang kurang menyenangkan atau kurang enak di dengar juga terdapat pada yang pertama dari lingkup keluarga, dari teman terdekat dan kemudian dari lingkungan sekitar.
Seorang anak yang tumbuh besar di kota maupun di desa, juga dapat mempengaruhi dari cara berbahasa kepada orang tua. Apakah cara berbicara anak dari desa maupun kota sama ataukah berbeda?. Dengan lingkungan yang berbeda pula pasti cara berbahasa kepada orang tua juga berbeda. Untuk mengetahui cara berbahasa anak desa dan kota kepada orang tua, mari kita baca artikel ini.

1.2 Rumusan Masalah
Dalam artikel ini pembahasanya terfokus pada :
1.    Apa yang menjadikan perbedaan bahasa antara anak desa dan anak kota kepada orang tua?
2.    Bagaimana perbedaan bahasa antara anak desa dan anak kota kepada orang tua dapat terjadi?

1.3 Tujuan
Artikel ini dibuat bertujuan untuk:
1.    Mengetahui apa yang menjadikan perbedaan berbahasa antara anak desa dan kota dengan orang tua.
2.    Mengetahui bagaimana perbedaan bahasa antara anak desa dan anak kota kepada orang tua dapat terjadi.

1.4 Manfaat
Secara teoritis penelitian ini dilakukan untuk:
1.    Menambah wawasan tentang cara berbahasa anak kepada orang tua.
2.    Menambah wawasan berfikir tentang hal yang mempengaruhi bahasa pada anak.

1.5 Teori dan Metode
 1.    Teori
Ada pelbagai teori mengenai hubungan bahasa dan kebudayaan. Ada yang mengatakan bahasa itu merupakan bagian dari kebudayaan, tetapi ada pula yang mengatakan bahasa itu merupakandua hal yang berbeda, namun, mempunyai hubungan yang sangat erat, sehinggatidak dapat dipisahkan. Ada yang mengatakan bahwa bahasa sangat dipengaruhi oleh kebudayaan, sehingga segala hal yang ada dalam kebudayaan akan tercermin dalam bahasa. Sebaliknya, ada juga yang mengatakan bahwa bahasa sangat mempengaruhi kebudayaan, dan cara berfikir manusia atau masyarakat penuturnya. Kroeber dan Kluckhom (1952) telah mengumpulkan berpuluh-puluh definisi mengenai kebudayaan, dan mengelompokkannya menjadi enam golongan menurut sifat definisi itu, yakni:
1.    Definisi yang deskriptif, yakni definisi yang menekankan pada unsur-unsur kebudayaan.
2.    Definisi yang historis, yakni definisi yang menekankan bahwa kebudayaan itu diwarisi secara kemasyarakatan.
3.    Definisi normatif, yakni definisi yang menekankan hakikat kebudayaan sebagai aturan hidup dan tingkah laku.
4.    Definisi yang psikologis, yakni definisi yang menekankan pada kegunaan kebudayaan dalam penyesuaian diri kepada lingkungan, pemecahan persoalan, dan belajar hidup.
5.    Definisi yang struktural, yakni definisi yang menekankan sifat kebudayaan sebagai suatu sistem yang berpola dan teratur.
6.    Definisi yang genetik, yakni definisi yang menekankan pada terjadinya kebudayaan sebagai hasil karya manusia.
Tanpa melihat bagaimana rumusan definisi-definisi yang dikumpulkan itu satu per satu sudah dapat diketahui dari pengelompokan itu bahwa kebudayaan itu melingkupi semua aspek dan segi kehidupan manusia. Jika dilihat definisi golongan (6), maka bisa dikatakan apa saja perbuatan manusia dengan segala hasil dan akibatnya adalah termasuk dalam konsep kebudayaan.
2.    Metode
Metode yang dilakukan dalam artikel ini menggunakan metode:
1.    Observasi partisipatif
Dengan melakukan penelitian secara langsung, maka dengan melalui observasi partisipatif data yang akan di peroleh akan lebih lengkap, tajam, sampai mengetahui dari cara bertutur sampai tingkah laku atau gejala yang muncul. observasi yang melibatkan peneliti atau observer secara langsung dalam kegiatan pengamatan di lapangan. Jadi, peneliti bertindak sebagai observer, artinya peneliti merupakan bagian dari kelompokyang ditelitinya. Keuntungan cara ini adalah peneliti merupakan bagian yang integral dari situasi yang dipelajarinya sehingga kehadirannya tidak memengaruhi situasi penelitian. Kelemahannya, yaitu ada kecenderungan peneliti terlampau terlibat dalam situasi itu sehingga proseduryang berikutnya tidak mudah dicek kebenarannya oleh peneliti lain.

Penilitian ini akan dilakukan dengan mendengarkan percakapan seorang anak kepada orang tua nya, yang memiliki keberadan lingkungan atau tempat yang berbeda yaitu di desa dan di kota, tepatnya di desa Batang dan di kota Semarang.

Cara dalam pengambilan data
Pengambilan data di lakukan pada tanggal 12 November 2017 di rumah kediaman teman saya yang berada di Bandar, Kabupaten Batang, yang bertempat di daerah pegunungan dan memiliki udara yang sangat dingin. Menempuh waktu sekitar dua jam perjalanan menuju ke lokasi penelitian.  Dan penelitian ke dua di lakukan di Semarang pada tanggal 19 November 2017, dengan seorang anak ibu kos yang berada di kos teman saya. Cukup dengan menempuh waktu 5 menit dan tiba di tempat di lakukannya penelitian.

Pengambilan data dengan cara terjun dan pengamatan secara langsung dan mencatat hal-hal yang menurut saya hal yang penting dan merekam dengan video bagaimana seorang anak tersebut berbicara dengan orang tuanya.


Bab ll
Pembahasan


2.1   Rumusan Masalah
1.    Apa yang menjadikan perbedaan bahasa antara anak desa dan anak kota kepada orang tua?
Perbedaan bahasa pada kedua anak yang tepatnya berada di desa Bandar, Batang dan kota Semarang dapat kita amati dari lingkungannya, anak yang berada di lingkungan yang banyak pengaruh dari luar seperti pengaruh dari media sosial, pengaruh dari hal-hal yang sekilas di lihatnya atau di jumpainya. Pengaruh bahasa pada anak desa khususnya desa Bandar, Batang, bahasa anak yang digunakan masih menggunakan bahasa batang asli, terdengar bahasa yang cepat dalam pelafalannya. Jika bukan orang di daerah Batang mungkin belum tentu mengerti tentang apa yang mereka bicarakan. Terdengar masih seperti bahasa jawa pada umumnya, tetapi ada beberapa kata yang berbeda seperti contohnya kata “to” dalam bahasa jawa daerah Semarang, dan di daerah Bandar, Batang menjadi “ra”.
Bahasa pada anak di daerah batang masih terdengar sopan dan masih menggunakan bahasa jawa yang utuh, namun ada pula bahasa indonesia yang terselip sedikit di pelafalan anak yang berbicara kepada orang tua. Kemudian, bahasa pada anak kota di daerah semarang, yaitu bahasanya menggunakan bahasa yang masih bercampur-campur antara bahasa indonesia dan bahasa jawa, bahasa indonesia yang di gunakan pada saat seorang anak berbicara dengan orang tuanya. Cara berbahasa anak ini di pengaruhi oleh minimnya pengajaran bahasa daerah atau bahasa jawa dari orang tua kepada anak. Bahasa yang di gunakan orang tuanya pun lebih ke bahasa Indonesia. Dengan itu seorang anak justru tidak dapat berbicara bahasa jawa dengan lancar. Pelajaran bahasa jawa di sekolah juga kurang dapat membantu seorang anak untuk menguasai bahasa tersebut, semua yang di ajarkan juga harus di aplikasikan di lingkungan nyata atau di praktekkan di lingkungan sekitarnya, agar seorang anak lebih dapat menangkap dengan cepat pelajaran bahasa yang di pelajarinyanya.
Seorang anak juga dapat menagkap pengaruh negatif atau pun positif setiap apa yang ia lihat dan ia dengar. Pengaruh-pengaruh ini dapat mudah sekali di mengerti oleh anak yang bekisar umur 2-6 dan 6-12 tahun di karenakan anak pada usia ini adalah masa golden age yang di mana anak mulai mencari-cari apa yang ia belum mengerti, masa pertumbuhan daya fikir anak. Anak dapat cepat menangkap apa yang ia dapat. Maka dari itu pada masa ini, perhatian seorang tua harus selalu mengawasi perkembangan anaknya. Ajarkan berbahasa yang baik dan sopan santun dalam berinteraksi dengan lawan bicaranya.

2.    Bagaimana perbedaan bahasa antara anak desa dan anak kota kepada orang tua dapat terjadi?

Yang mempengaruhi perbedaan cara berbahasa pada kedua anak tersebut adalah yang pertama dengan lingkungan sekitarnya, selanjutnya yaitu kembali kepada orang tua anak itu sendiri, apakah orang tuanya mengajarkan bahasa yang baik atau malah sebaliknya. Tapi, kebanyakan dan malah hambir semua orang tua selalu mengajarkan berbahasa yang baik kepada anaknya. Banyak kasus yang terjadi adalah ketika kedua orang tua (suami istri) sedang tidak baik dalam hubungan rumah tangganya dan seorang anak mendengar perkacapan yang menggunakan bahasa yang tidak baik, maka seorang anak akan mengambil semua hal yang dilihat dan di dengarnya. Peran orang tua sangat penting bagi pendidikan anak, jika orang tua sering melontarkan kata-kata kasar pada anak, maka tidak menutup kemungkinan seorang anak itu pun akan berkata kasar seperti apa yang ia dengar. Justru sebaliknya jika orang tua sering berkata yang baik dan sopan kepada anak, maka seorang anak pun dapat melakukan apa yang di katakan orang tua nya (berkata dengan sopan dan santun).

Pada kasusnya dari hasil pengamatan yang saya lakukan adalah bahwa seorang anak yang tinggal di perkotaan lebih menggunakan bahasa Indonesia bercampur dengan bahasa jawa, bahasa yang anak kota ini pun terkesan lebih biasa saja terhadap orang tuanya, seperti cara berbicaranya kepada teman-teman seumurnya. Tapi semua itu tidak lari dari peran orang tua nya itu sendiri. Kemudian, bahasa pada anak desa yang tepatnya di daerah Bandar, Batang, seorang anak berbahasa kepada orang tuanya lebih sopan dan juga anak lebih menggunakan bahasa ibu, atau bahasa daerah. Tetapi tidak semua anak yang berada di desa cara berbahasanya lebih sopan dan di kota bahasa yang di gunakan kurang sopan. Semua itu tergantung dari lingkungan dan juga peran orang tua dalam mendidik anak.

Bab lll
Kesimpulan dan Saran
3.1 Kesimpulan
Berbahasa adalah salah satu hal yang penting bagi kehidupan manusia. Seseorang yang terlihat cerdas terlihat dari cara berbahasanya. Bahasa yang baik, dapat di lakukan jika sering menlafalkannya. Bahasa adalah salah satu cara berkominikasi dengan satu orang ke orang lainnya. Hal yang mempengaruhi perbedaan bahasa pada anak desa tepatnya di desa Bandar, Batang dan anak kota tepatnya daerah Semarang kepada orang tua, bahasa itu sendiri adalah dari sisi lingkungan (teman-teman, tetangga, dan lain sebagainya) dan tak lupa pula peran orang tua.

3.2 Saran
Dengan adanya artikel ini di harapkan agar orang tua lebih memantau kembali perkembangan anak dalam berbahasa dengan kata lain lebih memperhatikan bahasa pada anak.

Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan pendengarnya.

 Daftar Pustaka

Abdul Chaer dan Leonie Agustina. 2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal: Rienaka Cipta.
http://klikbelajar.com/umum/observasi-pengamatan-langsung-di-lapangan/



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Variasi Penggunaan Volume Bahasa pada Mayarakat Pegunungan dan Masyarakat Pesisir

Analisis Ejaan Pada Surat Dinas di Balai Desa Wonotenggang Rowosari Kendal