Artikel tentang
“Bilingualisme pada Bahasa Orang Palembang dan Orang
Semarang”
Indah
Permatasari
16410051
3B/PBSI/FPBS
Bab I
Pendahuluan
A.
Latar belakang
Seperti
yang kita ketahui, banyak sekali bahasa daerah digunakan sebagai bahasa
berkomunikasi setiap harinya di masyarakat setempat. Hal ini dikarenakan tidak
semua masyarakat memahami penggunaan bahasa Indonesia yang baku. Selain itu
masyarakat merasa canggung menggunakan bahasa Indonesia yang baku di luar acara
formal atau resmi. Oleh karena itu, masyarakat lebih cenderung menggunakan
bahasa Indonesia yang telah terealisasikan oleh bahasa daerah, baik secara
pengucapan maupun arti bahasa tersebut. Namun tidak semua bahasa daerah
memiliki arti yang sama.
Bahasa
Palembang dan bahasa Jawa Semarang adalah kedua bahasa daerah yang terdapat di
Indonesia. Bahasa Palembang merupakan bahasa yang digunakan masyarakat
Palembang, sedangkan bahasa Jawa Semarang merupakan bahasa yang digunakan oleh
masyarakat Semarang. Secara letak geografis, Semarang dan Palembang terletak
pada pulau yang berbeda. Semarang termasuk pulau Jawa atau provinsi Jawa
Tengah, sedangkan Palembang termasuk pulau Sumatra atau provinsi Sumatra
Selatan.
Seperti
contoh pengucapan bahasa daerah orang Palembang, bahasa nya tidak dapat di
mengerti oleh orang Semarang. Begitu juga sebaliknya orang Palembang tidak
mengerti pengucapan bahasa orang Semarang, apalagi jika orang Semarang pada
saat berbicara dengan orang Palembang memakai bahasa Jawa, orang Palembang
tidak akan mengerti bahasa apa yang sedang diucapkan oleh orang Semarang.
Tetapi banyak juga orang Semarang yang tidak mengerti arti ucapan orang
Palembang, bahkan kadang juga orang Semarang menilai apa yang diucapkan orang
Palembang itu sangat kasar dan akhirnya menimbulkan konflik, karena orang
Semarang menganggap bahwa apa yang diucapkan orang Palembang itu tidak baik.
B.
Rumusan masalah
1.
Bagaimanakah
pengaruh dialek bahasa Palembang dan dialek bahasa Semarang terhadap pemakai
dan pendengar?
C.
Tujuan
Supaya
yang mendengarkan bahasa Palembang tidak selalu berpikir bahwa bahasa Palembang
semuanya memiliki arti yang aneh, karena memang itulah bahasa Palembang yang
sehari-hari diucapkan.
D.
Teori
Dalam artikel ilmiah yang
saya buat ini, saya menggunakan teori Bilingualisme. Karena telah dijelaskan dalam
buku Abdul Chaer bahwa bilingualisme diartikan sebagai penggunaan dua bahasa
oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian
(Mackey 1962:12, Fishman 1975:73).
E.
Metode
Artikel
ilmiah yang saya buat ini menggunakan pengumpulan data:
·
Observasi dalam
hal partisipatoris, karena dalam hal ini saya terlibat dalam kegiatan
sehari-hari orang yang sedang saya amati dan saya mengamati ibu saya sendiri.
Beliau merupakan orang yang berbicara dengan dua bahasa, namun beliau lebih
cenderung menggunakan bahasa ibu atau bisa disebut dengan bahasa asalnya.
·
Wawancara struktur
atau wawancara secara lisan, dalam hal ini juga saya hanya memberikan beberapa
pertanyaan kepada beliau untuk mencari tahu saja.
Bab
II
Pembahasan
·
Pengaruh dialek bahasa Palembang dan bahasa Semarang
terhadap pemakai dan pendengar
Menurut saya
pengaruh dialek bahasa Palembang terhadap pemakai mungkin sudah ternilai dengan
baik dan sudah dengan benar secara pengucapannya, terutama untuk orang
Palembang sendiri. Namun, untuk pendengar yang bukan berasal dari daerah
tersebut atau mungkin bukan orang Palembang asli saat mendengarkan orang berbicara
dengan menggunakan bahasa ibu sangat terlihat aneh dan melamun saja. Bahkan
menurut si pendengar jika ucapan si pemakai tidak sopan ataupun dengan intonasi
aneh, si pendengar menganggap bahwa si pemakai bahasa ibu terlihat sangat aneh.
Tetapi berbeda
dengan dialek bahasa Jawa Semarang, bahasa Jawa Semarang hampir sama dengan
bahasa Jawa lainnya. Namun tidak semua orang Semarang pada saat berbicara
menggunakan bahasa baku Indonesia, contoh saja ketika anak SD sampai dengan
anak kuliah berbicara kepada temannya mungkin bahasanya cenderung lebih ke bahasa
ibu, berbeda dengan ketika mereka berbicara dengan orang yang lebih tua di atas
mereka, mereka pun akan menggunakan bahasa Indonesia baku atau bahasa Jawa
dengan sopan.
Di sini saya juga
akan memberikan contoh bahasa Palembang yang dianggap aneh menurut orang luar
daerah Palembang, namun bahasa ini dianggap tidak aneh menurut orang Palembang
sendiri karena contoh bahasa ini memiliki arti bahasa Indonesia yang baik dan
benar hanya saja orang luar Palembang menilai dengan pemikirannya sendiri dan
tidak bertanya dulu kepada si pemakai.
Beberapa contoh
kata bahasa Palembang:
1.
balak (masalah)
2.
Baseng (terserah)
3.
Cemeke’an (pelit)
4.
Cindo
(cantik)
5.
Belagak (tampan)
6.
Sanjo
(bertamu)
7.
Sikok
(satu)
Jika menggunakan kalimat
bahasa Palembang:
1.
dak usah nyari balak la, kagek mati kau. (tidak perlu mencari masalah, nanti anda yang
menerima imbasnya).
2.
baseng kau nak pesen apo, aku melok be kau. (terserah kamu mau pesan apa saja, aku ikut
dengan kamu).
3.
cemeke’an nian kau ni, goceng bae dak ngasi. (pelit sekali kamu ini, lima ribu saja tidak
kasih).
4.
cindo nian tino tu, pacak peca utak aman
jingokinnyo terus. (cantik
sekali wanita itu, bisa pecah otak saya jika melihatnya terus).
5.
wew, belagak nian kau hari ni! (wow, tampan sekali kamu hari ini!).
6.
kagek sincai sanjo ke tempat aku ye, banyak
makanan la. (nanti sore bertamu
ke tempat saya ya, banyak sekali makanan).
7.
bagi sikok wong sikok, jangan banyakan. (bagi satu orang satu, jangan berlebihan).
Itu beberapa contoh kata dan kalimat bahasa Palembang
yang terlihat aneh jika dibacakan kepada orang luar Palembang, namun kata atau
bahasa tersebut sudah biasa di pakai oleh orang Palembang untuk berbicara
kepada sesamanya, mau muda ataupun tua. Mungkin terlihat sangat aneh jika baru
mendengarkan, tapi jika lama-lama mendengarkan sudah biasa. Seperti saya yang
sudah biasa mendengarkan ibu saya mengucapkan campuran bahasa antara bahasa ibu
dan bahasa yang sekarang di pakai (bahasa dari Semarang).
Contoh kedua, saya akan memberi kata dan kalimat
dialek orang Jawa Semarang saat usia SD sampai dengan kuliah:
Kata bahasa Jawa Semarang:
1.
yo orak to
(ya tidak)
2.
kui barang (itu
juga)
3.
kae lho (itu
lho)
4.
arep nunut
(mau numpang)
jika dalam kalimat
bahasa Jawa Semarang:
1.
yo orak to wedok kui dadi bocah nakal? (ya tidak perempuan itu jadi anak nakal?).
2.
kui barang tolong angkaten! (itu juga tolong angkatkan!)
3.
kae lho pak mu seko ndeso. (itu lho bapakmu dari desa).
4.
Arep nunut opo ora? (mau menumpang atau tidak?).
Nah, itu tadi
adalah contoh kata dan kalimat bahasa Jawa Semarang yang sering digunakan pada
anak usia SD sampai dengan kuliah. Berbeda dengan bahasa ibu atau bahasa Jawa
Semarang ketika anak usia SD hingga kuliah berbicara dengan orang yang lebih
tua, mereka cenderung akan berbicara lebih sopan dengan bahasa Jawa Semarang
atau dengan bahasa Indonesia yang baku. Banyak sekali orang daerah Semarang dan
sekitar Jawa tengah mungkin mengerti arti dari kata dan kalimat bahasa Jawa
khas Semarang tersebut, tetapi orang Palembang juga belum tentu mengerti apa
yang diucapkan oleh orang Jawa khas Semarang tersebut. Karena itu adalah bahasa
ibu daerah Semarang.
Bab
III
Penutup
·
Kesimpulan
Jadi,
di dalam bilingualisme terdapat banyak bahasa ibu. Bahasa Indonesia mempunyai
banyak bahasa ibu atau disebut dengan bahasa daerah, tidak semua orang paham
dan mengerti arti dari bahasa ibu di luar daerahnya. Tetapi, jika kita belum
mengetahui artinya lebih baik jangan menilai bahwa apapun yang dikatakan orang
dari daerah tersebut terlihat aneh, lebih bagus lagi jika kita belajar berbagai
macam bahasa daerah yang belum kita ketahui agar kita mengerti dan paham apa
yang diucapkannya.
Pengaruh
dialek bahasa Palembang dan bahasa Jawa Semarang menurut pendengar mungkin
terdengar aneh, namun alangkah lebih baiknya jika kita memakai bahasa Indonesia
baku untuk bertanya kepada si pemakai bahasa ibu terlebih dahulu untuk
mengetahui artinya agar paham apa yang dibicarakan.
·
Daftar pustaka
1.
Buku Abdul Chaer

Komentar
Posting Komentar